SENANDUNG SUNYI
KARYA : EKA VEBRIANA
Sinar sang surya menembus tirai mata seorang
gadis yang tertidur lelap di kamar pribadinya bangunkannya dari mimpi indahnya,
“Ahh, cerahnya aku harus bergegas!”ucapnya seraya bangkit dan melangkahkan kaki
ramping nan putihnya ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, kini gadis itu
telah usai dengan kegiatannya di pagi hari iapun keluar dari kamarnya menuruni
satu demi satu anak tangga di rumah mewahnya ketika sampai di ruang makan
“SELAMAT PAGI, NONA!” ucap semua pelayan yang telah berjajar di ruang makan
namun aku tak menghiraukannya aku duduk dan memulai sarapan pagiku dengan
tenang. Seperti inilah rutinitasku setiap hari melakukan semuanya sendiri
dengan semua pelayan yang ada, aku adalah putri tunggal dari perusahaan
Edelweiss perusahaan terbesar di dunia. Seusai makan akupun berangkat sekolah
dengan mobil pribadiku dan beberapa pengawal yang mengikuti, itu semua
dilakukan demi keselamatanku “Sampai Jumpa, nona!”ucap semua pelayan dari
rumah. Setelah kaca hitam mobil tertutup semua pelayanpun mulai berbisik
tentangku namun seperti biasa aku hanya mengacuhkannya, kembali ku mengingat
perkataan para pelayan dalam rumahku “Kenapa nona muda dingin sekali ya? aku
bahkan belum pernah melihatnya tersenyum sekalipun.”ucap salah seorang
pelayan “Jangan berkata seperti itu!
Sebenarnya nona muda hanya kesepian sejak kecil ia tidak pernah mendapatkan
sedikitpun kasih saying dari orang tuanya, karena itulah cahaya dihati nona
muda telah redup.”jawab seorang pelayan lainnya “Kasihan sekali nona muda walau
keluarganya sangat kaya tetapi ia sangat menderita.”sahut pelayan lainnya, Aku
yang mendengar dari balik dindingpun tak kuasa kemudian aku berjalan melewati
mereka kulemparkan pandangan sinis lalu berkata “Aku tak memerlukan belas
kasihan dari kalian!” Dan akupun berlalu pergi merekapun menunduk meminta maaf.
Lamunankupun berhenti ketika mobil telah sampai di gerbang sekolah. Akupun
turun dari mobil dan berjalan setapak demi setapak melewati halaman sekolah. “Selamat
pagi, Rosa!” teriak Mira dari dalam kelas dan seperti biasa aku hanya
mengacuhkannya “Hei Rosa kau sudah belajar untuk ulangan hari ini?”kata Mira
“Hn”gumamku, tak lama kemudian belpun berbunyi
kemudian gurupun masuk dan membagikan soal ulangan hari ini seperti
biasa aku tak merasa kesulitan sedikitpun seusai ulangan bel istirahatpun
berbunyi ‘Kring kring!’ “Yeee!”sorak semua murid kegirangan setelah guru keluar
semua muridpun berhamburan keluar kelas begitu juga denganku aku pergi kea tap
sekolah dan makan siang disana lalu datang beberapa temanku yang lain salah
satunya Mira dialah temanku yang paling berisik tetapi walau begitu dia hanya
ingin aku tersenyum.
Sekolahpun usai, “Rosa, Boleh aku menginap
dirumahmu hari ini?”tanyanya padaku “Boleh saja, tapi kenapa kau ingin menginap
di rumahku?”tanyaku padanya “Emm… tidak ada, aku hanya ingin menginap
saja.”jawabnya lalu kamipun masuk ke mobil. Tak lama kemudian kamipun sampai
dirumahku “Selamat Datang,nona! Nona apakah nona muda ini teman anda?”Tanya
pelayan ketika Mira dan aku masuk ke rumah “Ya, Namanya Mira dia akan menginap
disini, Cepat siapkan kamar untuknya!”ucapku seraya masuk ke dalam “Baik
nona.”jawab mereka lalu membawa Mira ke kamar tamu “Mari nona Mira ikut kami!”ucap
mereka “Baiklah.”jawab Mira. Hari sudah sore aku dan Mira sedang belajar
bersama di kamarku tiba-tiba dari bawah terdengar suara orang ribut-ribut
“Rosa, Siapa itu?”Tanya Miara padaku. Akupun bergegas turun diikuti Mira
dibelakangku “PAPAH MAMAH BERHENTI!”teriakku dari atas tangga “Aku sudah tidak
tahan lagi, Lihat! disini ada temanku apa kalian tidak malu.”ucapku “Rosa!
Masuk ke kamar!”bentak Papah padaku, akupun berlari turun dan tanpa sengaja
kakiku terpeleset salah satu anak tangga sehingga aku jatuh dan kepalaku
terbentur lantai sayup-sayup kumendengar suara papah, mamah, dan Mira
mengkhawatirkanku lalu kesadarankupun mulai menghilang.
Beberapa hari kemudian, Samar-samar
kuterbangun kukerjapkan mata berulang kali untuk memastikan dimana diriku berada
kulihat ruangan yang serba putih nampak pula cahaya sang mentari menembus tirai
putih di sampingku kembali kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan hingga
mataku tertuju pada sebuah vas yang berisi bunga kesukaanku yaitu bunga
dandelion putih “Ternyata ini rumah sakit, tapi kenapa bisa ada bunga dandelion
disini,dan kenapa aku bisa berada disini?”gumamku sendiri lalu kembali
kuteringat kejadian saat aku terjatuh dari tangga dan kepalaku terbentur “Benar
juga! aku begini karena telah jatuh dari tangga.”gumamku lagi, tak lama
kemudian pintu terbuka dan menampakkan sosok dibaliknya “Rosa, kamu sudah
sadar?”ucap Mira cemas padaku “Ya begitulah, Mira maaf ya! kamu jadi melihat
pertengkaran keluargaku.”jawabku “Sudahlah itu tidak penting, yang penting
sekarang kamu harus cepat sembuh!”ucap Mira menyemangatiku “O ya Mira! Kamu
yang bawa bunga dandelion itu?”tanyaku kemudian “Oh itu! Iya aku yang bawa, itu
bunga kesukaanmukan?”jawabnya “Iya aku suka sekali terima kasih ya!”ucapku. Tak
sadar kami telah berbincang lama sekali hingga sang mentari telah berada di
ufuk barat bersiap untuk tidur “Ah sudah petang, Rosa aku pulang dulu ya!”kata
Mira sambil melihat langit kemerah-merahan dari balik jendela “Iya kamu harus
segera pulang, hati-hati di jalan ya!”ujarku pada Mira “Iya sampai
jumpa!”ucapnya lalu berdiri dan bersiap pergi namun tiba-tiba saja papah dan
mamahku datang “Rosa, Rosa! Apa kamu baik,nak?”ucap mamah yang khawatir padaku
“Iya aku udah agak baikan kok,mah!”jawabku “Lihat Rosa seperti ini semua
gara-gara papah yang marah-marah waktu itu!”bentak mamah pada papah “Kok bisa
gara-gara papah, itu semua kan karena mamah duluan yang marah-marah!”bentak
papah kembali “PAPAH MAMAH BERHENTI! Ingat ini di rumah sakit selama 15 tahun
ini aku sudah menahan semua emosiku pada kalian tapi sekarang aku sudah tidak
sanggup lagi, selama ini aku tidak pernah mendapatkan sedikitpun kasih sayang
dari kalian dan tanpa kalian sadari kalian telah memberikan seluruh beban
perusahaan di pundakku, Aku sudah tidak tahan lagi sebaiknya kalian keluar dari
kamar ini!”ucapku tak henti-henti kini seluruh emosiku bagai bom atom yang telah
kuledakkan begitu saja dihadapan mereka, Mira yang melihatku hanya bisa
terkejut dengan mulut terbuka sedangkan orang tuaku mereka yang melihatku mulai
meneteskan air mata merasa malu atas perilaku mereka selama ini dan akhirnya
merekapun keluar dari kamarku. “Rosa apa kau tidak apa-apa?”Tanya Mira cemas
padaku dia datang menghampiriku “Mira, bisa kau tinggalkan aku sendiri! aku
sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun,maaf ya!”kataku lemas “Iya,
Beristirahatlah! tenangkan pikiranmu, jika kau butuh teman panggil saja
aku.”ucapnya padaku lalu ia pergi.
Ruangan ini kini hanya ada 2 orang yaitu
aku dan egoku, aku sudah muak terhadap semua hal yang ada “Kenapa dunia ini
begitu kejam padaku?memang apa salahku.”pikirku sendiri, hanya kesunyian yang
menyelimuti ruangan ini saat ini aku termenung di tempat tidur kulihat bunga
dandelion yang mulai layu dan cahaya sang mentari yang hilang ditelan kegelapan
malam, kupandangi sang dewi malam yang berpendar dengan indahnya walau
kelihatan putih cantik tak ternoda tapi apabila didekati ia penuh lubang dan
beberapa daerah hitam di permukaannya itu seperti menunjukkan perasaanku selama
ini walau diluar aku terlihat sempurna namun sebenarnya hatiku selalu terluka
oleh keluargaku sendiri. “Tuhan aku mohon berikan jalan petunjukmu kepadaku!”doaku
dalam hati terdalam, karena sudah larut malam akupun tertidur. ‘Teng Tong’
dering tengah malam membangunkanku karena aku susah tidur akupun bangkit dan
melangkah keluar rumah sakit “Hemm segarnya udara disini!”ujarku sambil
merenggangkan badan di taman depan rumah sakit ‘Buukk’ “Hei!” tiba-tiba saja
dari belakang ada segerombolan orang yang membungkamku lalu kesadarankupun
hilang dan aku tak mampu melawan.
Saat sadar “Kenapa disini gelap, aku
dimana?”teriakku bingung, Ketika penutup mataku dibuka aku ada di ruangan yang
sagat kotor rupanya ini markas penjahat yang menculikku kemarin “Kalian
lepaskan aku!”bentakku pada mereka, mereka semua berpakaian serba hitam dengan
penutup topeng sehingga aku tidak bisa melihat wajah mereka “Hei gadis kecil
telah lama kami menunggu kesempatan seperti ini, kau adalah pewaris tunggal
perusahaan Edelweiss, orang tuamu pasti akan membayar sangat mahal untuk
membebaskanmu.”ucap salah satu penjahat itu “Kalian lebih baik bunuh aku
sekarang aku sudah tidak peduli terhadap hidupku lagi aku sudah muak terhadap
semuanya.”ucapku menyerah “Kami tidak akan membunuhmu sebelum kami mendapatkan
uang itu, bersabarlah gadis kecil!”jawab penjahat itu, Lalu penjahat itu
menelpon orang tuaku dan menyuruhku mengeluarkan suaraku sebagai bukti bahwa
aku telah diculik dan akupun meludahinya “Cuiih!” samar-samar dari dalam
telepon kudengar cemasnya papah dan mamahku setelah itu para penjahat itupun
pergi keluar dan mengunciku didalam sini. Dilain tempat di kediaman keluarga
perusahaan Edelweiss terlihat papah dan mamah yang sangat khawatir dengan
keadaan Rosa yang diculik mereka telah diancam yaitu apabila mereka menelpon
polisi Rosa akan dibunuh saat itu juga dan mereka harus menyerahkan uang 100
milyar kepada para penjahat itu disana juga ada Mira yang cemas dan terus
menangis “Pah, Bagaimana ini apa yang harus kita lakukan?”Tanya mamah bingung “Sudahlah
mamah tenang saja, kita harus memanggil polisi secara diam-diam!”jawab papah
“Tapi pah, Bagaimana jika penjahat itu tau!mereka akan membunuh Rosa.”kata
mamah “Om tante sudahlah! sebaiknya kalian jangan bertengkar lagi apa kalian
masih tidak sadar akan semua kesalahan kalian selama ini, Sedari kecil aku
sudah berteman dengan Rosa tapi tak sekalipun aku melihatnya tertawa dia
benar-benar menderita dia tidak bisa bermain bersama kami dengan bebasnya dia
tidak bisa merasakan kasih sayang dari kalian dan saat Rosa disuruh menuliskan
siapa orang yang paling dibencinya dan disuruh memaafkannya apa kalian tau dia
menjawab apa! Dia menjawab orang yang paling dibencinya adalah orang tuanya dan
ia juga berkata tidak mau memaafkannya, Meski Rosa terlihat dingin selama ini
tapi aku tau masih ada sisi baik dalam dirinya ia selalu ingin menjadi yang
terbaik dimata kalian tapi kalian tidak pernah mau menghiraukannya bahkan untuk
mendapatkan marah dari kalianpun ia tidak bisa, Sebenarnya Rosa itu anak kalian
atau bukan sih!”jelasku pada mereka merekapun termenung dan berkata “kami
mengerti maka dari itu kami ingin memperbaiki semuanya, kami berhakkan
mendapatkan kesempatan kedua!” “Tentu saja ayo kita menyelamatkan Rosa!”ucapku
bersemangat, Kamipun mulai menyusun rencana penyelamatan Rosa.
Pukul 7 malam di gedung tua tempat
persembunyian penjahat itu, ayahnya Rosa sedang memberikan uang itu kepada para
penjahat sedangkan aku bersembunyi disekeliling gedung dengan seluruh polisi
yang telah dipersiapkan sedangkan ibunya Rosa menyelinap masuk dan
menyelamatkan rosa. Ketika aku terbangun aku melihat mamah yang mendekat ke
arahku “Mamah kenapa bisa ada disini?”ucapku bingung “Rosa kamu tidak
apa-apa?”ucap mamah cemas padaku “Ya aku tidak apa-apa mah!”jawabku lalu mamah
melepaskan ikatanku namun tiba-tiba saja penjahat itu masuk dan berniat
menembakku dan mamah ‘Duaarr’ bunyi peluru melesat ke arahku dan mamah dalam
sekejap kulihat mamah memelukku dan menangis kubalikkan badan dan terlihat
cipratan darah segar di wajah mamah dan seketika itu pula mamah menangis keras
dan memelukku dengan kencang dan polisipun masuk bersama Mira dan papah kini
aku sudah tak mampu lagi bergerak sekujur tubuhku terasa kaku “Mira jangan
tinggalkan mamah dan papah nak, kami menyayangimu maafkan perilaku kami selama
ini, kamu adalah anak kami, kami tidak ingin kehilanganmu berikanlah kami
kesempatan kedua untuk menebus kesalahan kami!”ucap mamah tak henti-henti lalu
papah dan Mira juga menangis dan semua penjahat itu dibawa oleh polisi setelah
itu aku segera dilarikan ke rumah sakit dan aku juga mendapatkan perawatan
medis khusus di Los Angeles,Amerika Serikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar