Rabu, 29 April 2015

SENANDUNG SUNYI

SENANDUNG SUNYI
KARYA : EKA VEBRIANA
Sinar sang surya menembus tirai mata seorang gadis yang tertidur lelap di kamar pribadinya bangunkannya dari mimpi indahnya, “Ahh, cerahnya aku harus bergegas!”ucapnya seraya bangkit dan melangkahkan kaki ramping nan putihnya ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, kini gadis itu telah usai dengan kegiatannya di pagi hari iapun keluar dari kamarnya menuruni satu demi satu anak tangga di rumah mewahnya ketika sampai di ruang makan “SELAMAT PAGI, NONA!” ucap semua pelayan yang telah berjajar di ruang makan namun aku tak menghiraukannya aku duduk dan memulai sarapan pagiku dengan tenang. Seperti inilah rutinitasku setiap hari melakukan semuanya sendiri dengan semua pelayan yang ada, aku adalah putri tunggal dari perusahaan Edelweiss perusahaan terbesar di dunia. Seusai makan akupun berangkat sekolah dengan mobil pribadiku dan beberapa pengawal yang mengikuti, itu semua dilakukan demi keselamatanku “Sampai Jumpa, nona!”ucap semua pelayan dari rumah. Setelah kaca hitam mobil tertutup semua pelayanpun mulai berbisik tentangku namun seperti biasa aku hanya mengacuhkannya, kembali ku mengingat perkataan para pelayan dalam rumahku “Kenapa nona muda dingin sekali ya? aku bahkan belum pernah melihatnya tersenyum sekalipun.”ucap salah seorang pelayan  “Jangan berkata seperti itu! Sebenarnya nona muda hanya kesepian sejak kecil ia tidak pernah mendapatkan sedikitpun kasih saying dari orang tuanya, karena itulah cahaya dihati nona muda telah redup.”jawab seorang pelayan lainnya “Kasihan sekali nona muda walau keluarganya sangat kaya tetapi ia sangat menderita.”sahut pelayan lainnya, Aku yang mendengar dari balik dindingpun tak kuasa kemudian aku berjalan melewati mereka kulemparkan pandangan sinis lalu berkata “Aku tak memerlukan belas kasihan dari kalian!” Dan akupun berlalu pergi merekapun menunduk meminta maaf. Lamunankupun berhenti ketika mobil telah sampai di gerbang sekolah. Akupun turun dari mobil dan berjalan setapak demi setapak melewati halaman sekolah. “Selamat pagi, Rosa!” teriak Mira dari dalam kelas dan seperti biasa aku hanya mengacuhkannya “Hei Rosa kau sudah belajar untuk ulangan hari ini?”kata Mira “Hn”gumamku, tak lama kemudian belpun berbunyi  kemudian gurupun masuk dan membagikan soal ulangan hari ini seperti biasa aku tak merasa kesulitan sedikitpun seusai ulangan bel istirahatpun berbunyi ‘Kring kring!’ “Yeee!”sorak semua murid kegirangan setelah guru keluar semua muridpun berhamburan keluar kelas begitu juga denganku aku pergi kea tap sekolah dan makan siang disana lalu datang beberapa temanku yang lain salah satunya Mira dialah temanku yang paling berisik tetapi walau begitu dia hanya ingin aku tersenyum.
Sekolahpun usai, “Rosa, Boleh aku menginap dirumahmu hari ini?”tanyanya padaku “Boleh saja, tapi kenapa kau ingin menginap di rumahku?”tanyaku padanya “Emm… tidak ada, aku hanya ingin menginap saja.”jawabnya lalu kamipun masuk ke mobil. Tak lama kemudian kamipun sampai dirumahku “Selamat Datang,nona! Nona apakah nona muda ini teman anda?”Tanya pelayan ketika Mira dan aku masuk ke rumah “Ya, Namanya Mira dia akan menginap disini, Cepat siapkan kamar untuknya!”ucapku seraya masuk ke dalam “Baik nona.”jawab mereka lalu membawa Mira ke kamar tamu “Mari nona Mira ikut kami!”ucap mereka “Baiklah.”jawab Mira. Hari sudah sore aku dan Mira sedang belajar bersama di kamarku tiba-tiba dari bawah terdengar suara orang ribut-ribut “Rosa, Siapa itu?”Tanya Miara padaku. Akupun bergegas turun diikuti Mira dibelakangku “PAPAH MAMAH BERHENTI!”teriakku dari atas tangga “Aku sudah tidak tahan lagi, Lihat! disini ada temanku apa kalian tidak malu.”ucapku “Rosa! Masuk ke kamar!”bentak Papah padaku, akupun berlari turun dan tanpa sengaja kakiku terpeleset salah satu anak tangga sehingga aku jatuh dan kepalaku terbentur lantai sayup-sayup kumendengar suara papah, mamah, dan Mira mengkhawatirkanku lalu kesadarankupun mulai menghilang.
Beberapa hari kemudian, Samar-samar kuterbangun kukerjapkan mata berulang kali untuk memastikan dimana diriku berada kulihat ruangan yang serba putih nampak pula cahaya sang mentari menembus tirai putih di sampingku kembali kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan hingga mataku tertuju pada sebuah vas yang berisi bunga kesukaanku yaitu bunga dandelion putih “Ternyata ini rumah sakit, tapi kenapa bisa ada bunga dandelion disini,dan kenapa aku bisa berada disini?”gumamku sendiri lalu kembali kuteringat kejadian saat aku terjatuh dari tangga dan kepalaku terbentur “Benar juga! aku begini karena telah jatuh dari tangga.”gumamku lagi, tak lama kemudian pintu terbuka dan menampakkan sosok dibaliknya “Rosa, kamu sudah sadar?”ucap Mira cemas padaku “Ya begitulah, Mira maaf ya! kamu jadi melihat pertengkaran keluargaku.”jawabku “Sudahlah itu tidak penting, yang penting sekarang kamu harus cepat sembuh!”ucap Mira menyemangatiku “O ya Mira! Kamu yang bawa bunga dandelion itu?”tanyaku kemudian “Oh itu! Iya aku yang bawa, itu bunga kesukaanmukan?”jawabnya “Iya aku suka sekali terima kasih ya!”ucapku. Tak sadar kami telah berbincang lama sekali hingga sang mentari telah berada di ufuk barat bersiap untuk tidur “Ah sudah petang, Rosa aku pulang dulu ya!”kata Mira sambil melihat langit kemerah-merahan dari balik jendela “Iya kamu harus segera pulang, hati-hati di jalan ya!”ujarku pada Mira “Iya sampai jumpa!”ucapnya lalu berdiri dan bersiap pergi namun tiba-tiba saja papah dan mamahku datang “Rosa, Rosa! Apa kamu baik,nak?”ucap mamah yang khawatir padaku “Iya aku udah agak baikan kok,mah!”jawabku “Lihat Rosa seperti ini semua gara-gara papah yang marah-marah waktu itu!”bentak mamah pada papah “Kok bisa gara-gara papah, itu semua kan karena mamah duluan yang marah-marah!”bentak papah kembali “PAPAH MAMAH BERHENTI! Ingat ini di rumah sakit selama 15 tahun ini aku sudah menahan semua emosiku pada kalian tapi sekarang aku sudah tidak sanggup lagi, selama ini aku tidak pernah mendapatkan sedikitpun kasih sayang dari kalian dan tanpa kalian sadari kalian telah memberikan seluruh beban perusahaan di pundakku, Aku sudah tidak tahan lagi sebaiknya kalian keluar dari kamar ini!”ucapku tak henti-henti kini seluruh emosiku bagai bom atom yang telah kuledakkan begitu saja dihadapan mereka, Mira yang melihatku hanya bisa terkejut dengan mulut terbuka sedangkan orang tuaku mereka yang melihatku mulai meneteskan air mata merasa malu atas perilaku mereka selama ini dan akhirnya merekapun keluar dari kamarku. “Rosa apa kau tidak apa-apa?”Tanya Mira cemas padaku dia datang menghampiriku “Mira, bisa kau tinggalkan aku sendiri! aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun,maaf ya!”kataku lemas “Iya, Beristirahatlah! tenangkan pikiranmu, jika kau butuh teman panggil saja aku.”ucapnya padaku lalu ia pergi.
Ruangan ini kini hanya ada 2 orang yaitu aku dan egoku, aku sudah muak terhadap semua hal yang ada “Kenapa dunia ini begitu kejam padaku?memang apa salahku.”pikirku sendiri, hanya kesunyian yang menyelimuti ruangan ini saat ini aku termenung di tempat tidur kulihat bunga dandelion yang mulai layu dan cahaya sang mentari yang hilang ditelan kegelapan malam, kupandangi sang dewi malam yang berpendar dengan indahnya walau kelihatan putih cantik tak ternoda tapi apabila didekati ia penuh lubang dan beberapa daerah hitam di permukaannya itu seperti menunjukkan perasaanku selama ini walau diluar aku terlihat sempurna namun sebenarnya hatiku selalu terluka oleh keluargaku sendiri. “Tuhan aku mohon berikan jalan petunjukmu kepadaku!”doaku dalam hati terdalam, karena sudah larut malam akupun tertidur. ‘Teng Tong’ dering tengah malam membangunkanku karena aku susah tidur akupun bangkit dan melangkah keluar rumah sakit “Hemm segarnya udara disini!”ujarku sambil merenggangkan badan di taman depan rumah sakit ‘Buukk’ “Hei!” tiba-tiba saja dari belakang ada segerombolan orang yang membungkamku lalu kesadarankupun hilang dan aku tak mampu melawan.
Saat sadar “Kenapa disini gelap, aku dimana?”teriakku bingung, Ketika penutup mataku dibuka aku ada di ruangan yang sagat kotor rupanya ini markas penjahat yang menculikku kemarin “Kalian lepaskan aku!”bentakku pada mereka, mereka semua berpakaian serba hitam dengan penutup topeng sehingga aku tidak bisa melihat wajah mereka “Hei gadis kecil telah lama kami menunggu kesempatan seperti ini, kau adalah pewaris tunggal perusahaan Edelweiss, orang tuamu pasti akan membayar sangat mahal untuk membebaskanmu.”ucap salah satu penjahat itu “Kalian lebih baik bunuh aku sekarang aku sudah tidak peduli terhadap hidupku lagi aku sudah muak terhadap semuanya.”ucapku menyerah “Kami tidak akan membunuhmu sebelum kami mendapatkan uang itu, bersabarlah gadis kecil!”jawab penjahat itu, Lalu penjahat itu menelpon orang tuaku dan menyuruhku mengeluarkan suaraku sebagai bukti bahwa aku telah diculik dan akupun meludahinya “Cuiih!” samar-samar dari dalam telepon kudengar cemasnya papah dan mamahku setelah itu para penjahat itupun pergi keluar dan mengunciku didalam sini. Dilain tempat di kediaman keluarga perusahaan Edelweiss terlihat papah dan mamah yang sangat khawatir dengan keadaan Rosa yang diculik mereka telah diancam yaitu apabila mereka menelpon polisi Rosa akan dibunuh saat itu juga dan mereka harus menyerahkan uang 100 milyar kepada para penjahat itu disana juga ada Mira yang cemas dan terus menangis “Pah, Bagaimana ini apa yang harus kita lakukan?”Tanya mamah bingung “Sudahlah mamah tenang saja, kita harus memanggil polisi secara diam-diam!”jawab papah “Tapi pah, Bagaimana jika penjahat itu tau!mereka akan membunuh Rosa.”kata mamah “Om tante sudahlah! sebaiknya kalian jangan bertengkar lagi apa kalian masih tidak sadar akan semua kesalahan kalian selama ini, Sedari kecil aku sudah berteman dengan Rosa tapi tak sekalipun aku melihatnya tertawa dia benar-benar menderita dia tidak bisa bermain bersama kami dengan bebasnya dia tidak bisa merasakan kasih sayang dari kalian dan saat Rosa disuruh menuliskan siapa orang yang paling dibencinya dan disuruh memaafkannya apa kalian tau dia menjawab apa! Dia menjawab orang yang paling dibencinya adalah orang tuanya dan ia juga berkata tidak mau memaafkannya, Meski Rosa terlihat dingin selama ini tapi aku tau masih ada sisi baik dalam dirinya ia selalu ingin menjadi yang terbaik dimata kalian tapi kalian tidak pernah mau menghiraukannya bahkan untuk mendapatkan marah dari kalianpun ia tidak bisa, Sebenarnya Rosa itu anak kalian atau bukan sih!”jelasku pada mereka merekapun termenung dan berkata “kami mengerti maka dari itu kami ingin memperbaiki semuanya, kami berhakkan mendapatkan kesempatan kedua!” “Tentu saja ayo kita menyelamatkan Rosa!”ucapku bersemangat, Kamipun mulai menyusun rencana penyelamatan Rosa.
Pukul 7 malam di gedung tua tempat persembunyian penjahat itu, ayahnya Rosa sedang memberikan uang itu kepada para penjahat sedangkan aku bersembunyi disekeliling gedung dengan seluruh polisi yang telah dipersiapkan sedangkan ibunya Rosa menyelinap masuk dan menyelamatkan rosa. Ketika aku terbangun aku melihat mamah yang mendekat ke arahku “Mamah kenapa bisa ada disini?”ucapku bingung “Rosa kamu tidak apa-apa?”ucap mamah cemas padaku “Ya aku tidak apa-apa mah!”jawabku lalu mamah melepaskan ikatanku namun tiba-tiba saja penjahat itu masuk dan berniat menembakku dan mamah ‘Duaarr’ bunyi peluru melesat ke arahku dan mamah dalam sekejap kulihat mamah memelukku dan menangis kubalikkan badan dan terlihat cipratan darah segar di wajah mamah dan seketika itu pula mamah menangis keras dan memelukku dengan kencang dan polisipun masuk bersama Mira dan papah kini aku sudah tak mampu lagi bergerak sekujur tubuhku terasa kaku “Mira jangan tinggalkan mamah dan papah nak, kami menyayangimu maafkan perilaku kami selama ini, kamu adalah anak kami, kami tidak ingin kehilanganmu berikanlah kami kesempatan kedua untuk menebus kesalahan kami!”ucap mamah tak henti-henti lalu papah dan Mira juga menangis dan semua penjahat itu dibawa oleh polisi setelah itu aku segera dilarikan ke rumah sakit dan aku juga mendapatkan perawatan medis khusus di Los Angeles,Amerika Serikat.

10 tahun kemudian, Aku kembali ke Indonesia mengunjungi papah dan mamah yang telah lanjut usia dan aku telah menjadi direktur utama perusahaan Edelweiss “Papah mamah aku pulang!”ucap bersemangat disertai senyum riang masuk ke rumah “Selamat Datang Rosa!”ucap mamah dan papah bersamaan. Keesokannya aku bertemu dengan mitra bisnisku sekaligus sahabat baikku ialah yan telah menyatukan keluargaku ia sangat berharga untukku, Ketika aku berjumpa dengannya iapun berkata,“Selamat Pagi Rosa! Bagaimana kabarmu?”  “Aku baik,kau sendiri?”jawabku “Tentu saja aku sangat baik!”ucapnya kembali lalu kami tertawa bersama dan berjalan-jalan mengingat masa kecil kami kembali “Rosa aku senang akhirnya kamu bisa tertawa dengan bebasnya sekarang kamu adalah gadis yang sempurna!”ucap Mira kembali “Tentu saja kamu juga telah menjadi gadis yang sempurna bukan!”ucapku kembali “Kau benar!”jawabnya “Sekarang kesunyian dalam diriku telah hilang karena senandung kebahagiaan yang kau nyanyikan dalam hidupku.”ucapku kembali sambil tersenyum tulus melihat sahabat baikku itu, aku berpikir ‘Betapa beruntungnya diriku memiliki seorang sahabat sepertimu’ “Terima kasih Mira”gumamku “Sama-sama”jawabnya “Eh..”ucapku bingung “Kau mengucapkan terima kasihkan makanya aku berkata sama-sama.”jawabnya “Hahaha kau benar! Kau selalu benar.”ucapku lalu pergi berlari bersama Mira menuju sang mentari yang memancarkan cahaya semangat api dihati setiap manusia, Aku bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar